stetoskop |
Saking seringnya para dokter menggunakan stetoskop sebagai alat medis dalam mendiagnosa penyakit pasiennya, bukan berarti seorang dokter steril dari penyakit, kuman, dan bahkan bakteri. Kekhawatiran ini menimbulkan pertanyaan dan masalah serius bagi kepala peneliti Didier Pittet, MD, MS, Director of the Infection Control Program and WHO Collaborating Centre on Patient Safety (Direktur program kontrol infeksi dan pusat kolaborasi WHO untuk keselamatan pasien), dan para peneliti dari University of Geneva Hospitals New York AS. Riset dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Geneva Hospital untuk memeriksa tingkat kontaminasi bakteri terhadap tangan dokter dan stetoskopnya. Isu ini dipublikasikan pada Mayo Clinic Proceedings edisi Maret 2014.
"Dengan pertimbangan bahwa stetoskop digunakan sebagai alat medis, dan kontak langsung dengan pasien berulang kali, hal ini memungkinkan ribuan bakteri (termasuk MRSA) berlabuh pada keduanya (dokter dan stetoskopnya) dan secara signifikan menjadi media transmisinya", ungkap Didier Pittet. Dia juga mengisyaratkan bahwa seorang dokter harus melakukan sterilisasi bakteri dan kuman setelah setiap kali mendiagnosa pasiennya. Isyarat ini di umumkan setelah studi dilakukan pada pemeriksaan 71 orang pasien oleh tiga orang dokter, satu diantaranya menggunakan sarung tangan steril.
Setelah proses pemeriksaan selesai, dua bagian stetoskop yaitu tabung dan diafragma serta 4 bagian pada telapak tangan, terkontaminasi ribuan bakteri. Diafragma stetoskop lebih terkontaminasi daripada bagian lainnya, sedangkan bagian tabung justru lebih terkontaminasi daripada telapak tangan dokter kecuali jari. Selanjutnya seorang dokter yang menggunakan sarung tangan, hanya bagian stetoskopnya saja yang terkontaminasi sedangkan telapak tangannya tetap steril daripada sarung tangannya.
Adapun tujuan dari riset ini dikarenakan masalah serius dari penyakit MRSA (Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus) yang merupakan salah satu penyakit berbahaya. Bakteri jahat ini dapat menyerang manusia dan tahan terhadap antibiotik. Walaupun baru-baru ini telah ditemukan antibiotik baru untuk MRSA itu sendiri, upaya antisipasi harus selalu dilakukan untuk menghentikan penyebaran penyakit ini.
Sebagai tambahan wawasan, sudah sepatutnya kita sadar dan tetap menjaga kesehatan. semoga artikel ini memberi manfaat.
source: science daily
Post a Comment